Selasa, 12 Januari 2010

Diam berbuah cinta

Kau bebas apa yang ingin kau katakan
Semua bisa kau ucapkan, tapi lidah, mulut terkadang sangat tajam
Luka yang dibuatnya, butuh waktu lama untuk sembuh.
Hati-hatilah berkata, “diam” jika tidak mengetahuinya.

Terlahir dari keluarga sederhana, dari pasangan yang saling mencintai, dibesarkan jauh dari keramaian. Membentuk kepribadian ku yang selalu tenang, santai, dan pendiam. Namun sebenarnya, jika hati bisa berkata, tanpa kendali ku, ada jiwa yang selalu ingin berteriak, memberontak terhadap keadaan sekelilingku. Semuanya tertahan disini, hatiku.
Perjalanan Kehidupan ku adalah pengalaman ku, ku telan tanpa kunyahan sehingga tidak berbekas dalam memory otak ku, entah dimana dan ku bawa kemana semuanya, hilang tanpa bekas. Ku ikuti apa yang lingkunganku teriakkan, walau hatiku juga tak kalah hebat ingin berteriak. Lagi-lagi semua itu tertahan disini. Hatiku.
Hingga kutemukan seseorang yang mampu mengubahku dengan mantera-mantera ajaibnya dan ku sesali kenapa ia baru hadir dalam hidup ? dimana sosok seperti ini kemarin ?.
Pertemuan itu berawal dari niat ku ingin hijjrah ke pulau jawa untuk kuliah, Allahhamdulillah niat itu terlaksana, tepatnya tanggal 20 juni 2006 saya berangkat ke yogyakarta, sebulan lebih setelah yogyakarta disapa gempa yang maha dahsyat. Tiba di yogyakarta, ku disambut dengan rasa ketidaktauan, bingung, dan akhirnya ku bisa diam, mengikuti permainan hidupku.
Diterima disalah satu perguruan tinggi yogyakarta yang ternama konon katanya, tidak pernah ku bayangkan sebelumnya untuk menjadi mahasiswa yang berkosentrasi dalam dunia pendidikan, walau harapannya jelas, luas lapangan masa depannya masih cerah, tetapi hati ku menolaknya. Lagi-lagi semua itu tertahan disini. Hatiku.
Awal masuk perkuliahan adalah awal perkenalan, awal untuk keakraban dengan lingkungan kampus lingkungan tempat tinggal, teman satu fakultas satu jurusan satu kelas, dengan teman satu kos, satu daerah. Semuanya berjalan lancar, bahkan tidak pernah aku menduganya, ku bertemu dengan kawan lama, kawan satu almamater ketika Aliyah dulu dan lebih membanggakan hatiku, ada komunitas Alumni yang memiliki struktur kepengurusannya di yogyakarta, ada IKPMD dari tempat ku dibesarkan, semua menyapa ku dengan hangat dengan rasa persaudaraan, walau sebelumnya belum kenal belum akrab.
Kutinggalkan tempat tinggal ku, demi sebuah masa depan yang cerah, dan ku bawa semangat besar untuk menjadi orang sukses, ku ikuti kegiatan kegiatan yang bisa mendukungku untuk meraihnya walau kadang tidak maksimal. Kutinggalkan semua, ku bawa semangat yang berselimut sifat yang khas dalam diriku, santai tenang pendiam. Sifat yang bak mata pisau, kadang menjadi senjata dalam diriku, pelindung dari sekeliling ku, kadang juga ia memperburuk keadaan ku, penghalang dari keinginan ku.
Semua tahu sifat ku, sehingga aku berani mengatakan bahwa itu memang sifat ku dan aku pun menyadari bahwa inilah aku.
Berawal dari sifat atau mungkin orang lain lebih mengenalnya sikap, seorang perempuan dari keluarga sederhana, manis, cantik pintar, cerdas, semuanya ada padanya, seakan terlihat bahwa dia sempurna, yang Allah kirimkan untuk ku.
Diluar nalarku, kenapa aku yang ia pilih, kenapa ia beda dari kaumnya ? ketika semua itu ku tanya, ia jawab sangat sederhana, “ Penasaran aja”, penasaran dengan yang ada dalam diriku, kenapa ku sangat pendiam ?. subbhanallah, mahluk pertama yang menanyakan ini pada ku, mungkin satu satu mahluk yang bertanya seperti itu kepada ku.
Saling komunikasi, saling ketemu, hingga ku memiliki hubungan yang sangat dekat, bahkan sangat spesial dengannya, kaum hawa yang peduli apa yang menjadi kegelisahan ku. Bercerita, berbagi, bersama, sedikit demi sedikit kutemukan diri ku yang sebenarnya. Thanks cinta ku.

0 komentar:

Posting Komentar