Kamis, 10 Desember 2009

KONSEP KEPENDIDIKAN PARA FILOSOF MUSLIM

RESENSI BUKU
Penulis : Drs. H.Busyairi Madjidi (mantan Rektor IAIN Raden Intan)
Penerbit : Al-Amin Press (Yogyakarta) 0274 560719
Tahun : 1997
ISBN : 979-95073-3-5
Penyusun : Muslim Fikri


1. Konsep kependidikan Al-Farabi
Nama lengkap Abu nashr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Turkhan ibu Uzlag Alfarabi. Lahir pada tahun 359 H/879 M dan wafat pada tahun 339 H/950M.
Dalam bukunya Risalah Fisyasah, membahas beberapa masalah dalam pendidikan, antara lain : perlunya memperhatikan factor bawaan dan tabiat anak – anak dalam pendidikan. Anak-anak berbeda pembawaanya satu sama lain oleh karena itu, apa yang diajarkan harus sesuai dengan perbedaan kemampuan dan pembawaan itu. Misal, anak pembawaan yang buruk, sebaiknya bahan ajarnya tentang pembinaan akhlak, begitunya dengan anak yang lemah kecerdasannya.
Akhlak yang baik menurut al-farabi, hanyalah terwujud dengan pengawasan diri terus-menerus sampai kekuatan jiwa bahimiyah (hewaniyah) ditaklukkan oleh kekuatan jiwa nathiqah(insaniyah). kedua hal ini, merupakan sesuatu yang sangat sensitive dalam proses pembinaannya, Oleh karena itu, perlu dijaga secara terus-menerus. Lebih tegas, Al-Farabi mengemukakan, bahwa baik dan buruk itu berangkat dari sejarah pengalaman manusia.
Moral adalah asas/dasar perilaku, tingkah laku, jadi budinya tidak baik maka pekertinya juga tidak baik.Fsikologi Al-Farabi
Tiga kekuatan dalam jiwa manusia, antara lain :
1) hassanah (penginderaan)
2) Khayyilah( Imajinasi)
3) Nathiqoh (Pikir)
Karya
a) Assamaratul Mardliyayah
b) Araa’u Ahlil madinatil Faadilah
c) Al-majmu’
d) Risalatus Siyasiyah

2. Konsep Kependidikan Ibnu Maskawayh
Nama lengkap Abu Ali Al-Khazin Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu ya’kub dikenal dengan gelar Miskawayh,wafat pada tanggal 9 safar 421 H. berdarah persi dan hidup di daerah arab yang elit. Miskawaihi merupakan nama rumpun keluarga.Di lahirkan di Ray, selatan dari Teheran pada tahun 330 H. dia hidup pada bani buaihi (334-447) yang berkuasa di Baghdad.
Karya
Dalam buku Para Filosof Islam, M.M. syarif, MA. Terjemahan dalam bahasa Indonesia terdapat 18 buah karyannya. Sedangkan dalam Tarikh Falasafatil Islam, lutfi Jum’ah hanya disebutkan 10 buah. Diantaranya : Tahzibul ahklak wa Tathirul A’raaq.
Pokok Pikiran
A. Psikologi
1. Jiwa dan Jism
Psikologi Miskawaihi bertumpu pada ajaran spritualistik tradisonal Plato dan Aristoteles dengan kecendrungan Platonis. Pada tulisannya, Miskawaihi menyatakan ada keterkaitan antara watak dan pendidikan serta Ilmu Jiwa. Tujuan dalam penulisan Tahzibul Akhlak adalah untuk menghasilkan bagi diri kita suatu watak pribadi yang melahirkan perilaku yang baik seluruhnya dengan mudah (secara Otomatis). Hal ini, dapat diperoleh dengan pendidiikan, yang sebelumnya mempelajari Ilmu jiwa. Jiwa menurut Miskawaihi adalah zat pada diri kita yang bukan berupa jism (tubuh), dan bukan pula bagian dari jisim, bukan pula aradl (sifat peserta dalam substansi), wujudnya tidak memerlukan potensi tubuh, tetapi dia Jauhar Basith (Substansi yang tidak terdiri dari unsur-unsur) tak dapat diindra oleh penginderaan
2. Macam-macam kekuatan jiwa (Quwwatun Nafsiah)
a) Quwwatun Nathiqah (Quwwatun malikiyah) merupakan fungsi jiwa tertinggi, kekuatan berfikir, melihat fakta dengan menggunakan alat yang disebut Otak.
b) Quwwatun ghodabiyah (daya Marah) /Quwwatun Sab’iyah, yakni keberanian dalam menghadapi resiko, ambisi pada kekuasaan, kedudukan dan kehormatan dengan menggunakan Hati.
c) Quwwatun Syahwiyyah (nafsu) / Quwwatun Bahimiyah. Yakni dorongan nafsu makan, keingginan pada kelezatan makanan/minuman/seksualitas dan segala macam kenikmatan inderawi, alat yang digunakan dalam hal ini adalah perut.
Pada kenyataannya, kuantitas dan kualitas ketiga macam kekuatan jiwa ini tergantung pda individunya baik dari perangainya, adat kebiasaanya ataupun pendidikkannya. Bila ketiga macam kekuatan itu seimbang dan serasi serta tidak menyimpang dari hakikatnnya, maka lahirlah fadilah-fadilah yang menyertainya.
Ada 4 macam fadilah yang menyertainya sebagi akibat dari keseimbangan ketiga kekuatan jiwa tersebut, antara lain :
a. Al-Hikmah membawahi sifat-sifat ; kecerdasan, cepat mengerti, kebeningan pikiran, dan gampang belajar.
b. Al-‘Iffah membawahi sifat-sifat ; rasa malu, tenang pembawaan, sabar menahan gejolak nafsu, kepantasan, bersahaja, kelembutan, suka kedamaian, kerapian, sopan/anggun, teguh mental.
c. As-Saja’ah membawahi sifat-sifat ; jiwa besar, berani menantang bahaya, tinggi cita-cita, tabah sabar dalam menghadapi bahaya, santun, tidak lemah mental, punya daya tahan tubuh, energik.
d. Al-‘Adalah membawahi sifat-sifat ; persaudaraan, kerukunan, silaturahmi, suka memberi imbalan, simpati ringan tangan, taat, mengagungkan Tuhan.

B. Pendidikan
Cita-cita pendidikan yang termuat dalam karyanya (Tahzibul Akhlak)
ialah terwujudnya pribadi susila, berwatak yang lahir, dari perilaku luhur, atau katakanlah berkepribadian mulia. dari Budi (jiwa/ watak), lahir Pekerti. Sehingga dalam melaksanakan pendidikan perlu untuk mengetahu watak manusia/ budi pekertinya.
1) Apakah watak dapat dididik ?
Watak (al-khulqu) adalah suatu kondisi bagi jiwa yang mendorong untuk melahirkan tingkah laku tanpa pikr dan pertimbangan. Kondisi ini terbagi menjadi dua, Alami (Mijaz) seperti seseorang yang mudah terpengaruh dari hal yang sederhana. Dan watak yang diperoleh dari kebiasaan, / latihan berulang-ulang, hingga berkelanjutan menjadi kebiasaan/ watak. Dengan mengikuti pikiran RUWAQIYYUN (STOICISM) (Galien, 131-201 SM) dan aristoteles tentang watak manusia, karena ada kekuatan penalaran (tamyiz), menyatakan bahwa pada dasarnya watak itu baik, ia berubah karena ada factor-faktor yang merubahnya. Jadi watak tergantung pada pembawaanya dan lingkungannya (pergaulan hidup dan pendidikan).
2) Responsi Individu terhadap Pendidikan.
Manusia dalam menerima pendidikan bermacam-macam tingkatan. Hal sederhan bias dilihat pada dunia anak-anak, yang masih polos terbuka tanpa ada yang ditutupin, berbeda jauh dengan orang dewasa.
Pada ranah ini, kita membutuhkan Pendidikan Agama, mulai dari keluarga sampai pada jenjang sekolahnya, sehingga ia siap dalam menerima “Hikmah”(Ilmu Pengetahuan).
3) Metode alami dalam pendidikan
Thariqun Thab’iyyun (metode Ilmiah), Katanya “ dalam tertib pelaksanaan pendidikan budi pekerti dengan cara langkah demi langkah sampai kepada kesempurnaan terakhir, manusia mempunyai metode alaminya yang menyerupai perilaku alam. Metode ini bertolak dari potensi-potensi manusia. Mana yang muncul lebih dahulu, maka pendidikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan potensi yang lahir terlebih dahulu itu, kemudian pada potensi berikutnya lahir sesuai dengan hukum alam.
4) Fungsi Pendidikan
a. Memanusiakan manusia. Segala perilaku lahir dari pertimbangan nalar pikirannya. Jadi, manusia adalah bila bisa menampakkan perilaku khas dari dirinya yang berpegang teguh pada Syarat-syarat substansinya, yang membedakan dia dengan mahluk lain. Tugas pendidikan adalah mendudukan manusia sesuai dengan substansinya sebagai mahluk yang termulia dari mahluk lainnya.
B. Sosialisasi Individu Manusia. Pendidikan merupakan proses sosialisasi sehingga tiap individu merupakan bagian integral dari masyarakat.
C. Menanamkan Rasa Malu. Kekuatan yang pertama muncul adalah tuntutan biologis. Dengan prosesnya waktu, manusia meinginkan sebuah kebajikkan yang mutlak bagi dirinya. Dari situ, pertama-tama muncul dari manusia adalah rasa malu : rasa malu itu ialah rasa takut lahir sesuatu yang jelek darinya. Anak yang sudah memiliki gejala seperti ini, menendakan ia sudah bisa menunjukkan hal yang baik dan buruk.
5) Ilmu pengetahuan yang dipelajari
Segala ilmu, yang objeknya manusia / budi pekerti manusia yang mengembangkan daya pikir manusia (quwwatun natiqoh). Sehingga beliau membagi Ilmu menjadi dua, yakni : al-Ulumus Syarifah (Ilmu-ilmu mulia), dan al-ulumus Radhli’ah (ilmu ilmu yang hina). Manusia-hewan-tumbuhan-mineral. Dasar pemikirannya, bahwa kecendrungan kepada ulumul aqliyah, sebagai ilmu yang utama dipelajari karena menunjang tercapainya kualitas manusia yang sempurna.




3. Konsep Kependidikan Ibnu Sina
Beliau mendapatkan gelar pada zamannya dari ilmuwan-ilmuwan Islam ialah “ As-syeih” dan “Ar-Rais”.
Nama lengkapnya ialah Abu Ali Al-Husain Ibnu Abdullah Ibnu Hasan Ibnu ali Ibnu sina. Sarjana barat menyebutnya avicenna.
Pendidikannya
1. anak-anak sampai pada umur 10 tahun, beliau sudah hafal Al-qur’an dan mempelajari sebagian kesustraan.
2. Fase remaja, sampai umur 16 tahun, beliau telah mempelajari ilmu hitung, ilmu fiqih, pokok ilmu logika dari buku Isagoge. Pokok-pokok ilmu ukur dari buku Euclide, dan ilmu astronomis dari buku Almagest. Kemudian mengusai ilmu ketabiban teori dan praktek, berhasil menemukan macam macam pengobatan.
3. Fase Dewasa. Berakhir pada umur 18 tahun. Beliau mengembangkan bacaan dan ilmunya. Mulai dari mentelaah ilmu logika, filsafat sampai pada mengarah pada studiya di bidang theologi.
Kepribadiannya
1. Mengagumi diri sendiri
2. Madiri dalam pemikiran.
3. Menghayati agama tetapi belum ke tingkat Zhud dan Wara’.
4. Rajin mencari Ilmu.
5. Pendendam
6. cepat melahirkan karangan.
Karya-karyanya
1. Al-Qanun dalam bidang ketabiban
2. Lisanul Arab dalam bidang bahasa
3. Hadiyatul Amir, potensi manusia
4. as-syifa, filsafat terluas
5. An-najah ikhtisat as-syifa
6. Al-Insyarah wa Tanbihat tulisan terkahir tentang hikmah / filsafat.
7. Risalah fis Siyasah (terdapat di laiden di negeri belanda)
Pemikiran Ibnu Sina
1. Tentang psikologi. Pemikiran tentang daya-daya jiwa terdapat dalam karyanya,
antara lain : Hadiyatul ‘amir, As-Syifa, An-Najah, dan Al-Isyarah. Beliau membagi kekuatan jiwa dalam tiga bagian, antara lain ; Nabatiyah, Hayawaniyah, Insaniyah (Jiwa tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan, jiwa manusia) . Tetapi ibnu sina, kesukarannya yakni membedakan akal dengan jiwa. Jiwa dapat serupa dengan akal tetapi sebenarnya akal merupakan bagian dari jiwa. Teori plotinus, jiwa adalah limpahan dari akal. Namun, dari sekumpulan karya-karyanya yang membahas jiwa, menyimpulkan bahwa akal adalah satu kekuatan yang terdapat dalam jiwa.
A. Daya jiwa nabatiah adalah daya yang terdapat dalam diri semua mahkluk yang hidup /bernyawa, daya ini terbagi atas tiga macam.
a). Ghaziyah ialah daya ang merubah makanan menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, memperbaharui bagian tubuh, mengisi/ menganti bagian-bagian tubuh yang kosong/ yang mengalami pergantian.
b). Munmiyah (tumbuh) ialah daya yang menumbuhkan/ mengembangkan tubuh jasmani tingginya, besarnya mencapai batas pertumbuhan.
c). Muwallidah (mereproduksi) adalah daya dari suatu organisme untuk mempersiapkan unsur sejenis sifat sifat yang spesifik sihingga dapat menggantikan dalam kehidupan bilamana organisme itu binasa. Eksistensi dari organisme itu dapat hidup berkelangsungan.
Dalam menuju kematian, daya munmiyah ini mulai tidak aktif dalam kerjanya
B. Daya jiwa Hayawaniyah, yang hanya terdapat pada manusia dan hewan. Terbagi menjadi dua bagian, yakni :
1. Daya jiwa hayawaniyah (menggerakkan)
a). Muhrikahbaa’itsah ialah daya keinginan kecondongan yang melahirkan gerakkan. Daya ini terdapat dua macam yakni : 1. baa’itsah syahwaniyah dan baa’itsah ghadlabiyah .
b). Muhrikah faa’ilah ialah daya penggerak yang terdapat dalam urat-urat syaraf sampai pada bagian luar badan.
2. Daya jiwa Hayawaniyah Mudrikah (menganggapi), yang terbagi
menjadi murdrikah dari luar dan mudrikah dari dalam.
a). Mudrikah dari luar adalah jiwa menganggap dari penginderaan terhadap rangsangan yang datang dari luar.
b). Mudrikah dari dalam daya jiwa yang menangkap ransangan yang datang dari dalam. Daya ini terabagi atas lima macam; Hissul Musytarak (persepsi=kesadaran) daya jiwa yang menerima gambaran/ bayangan yang terlukis dari indera. (dalam kitab An-najah), Al-khayyal (fantasi) merupakan tidak lanjut dari daya sebelumnya sehingga tersimpan dalam memori. Al-Mutakhayyilah (imajinasi), pernglompokkan dari daya daya sebelumnya. Wahmiyyah Mutawahhimah (mendeteksi/ mengidentifikasi. Al- Hafizah dan az-zakirah, al hafizah) yakni daya jiwa yang melihara apa yang diperoleh dari daya sebelumnya.
C. Daya jiwa Insaniyah, yang terbagi menjadi 2 macam , yakni ‘Aamaliyah (daya jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang berdasarkan perimbangan-pertimbangan) merupakan khas dari manusia dan ‘Aalimah di sebut juga aqlun nazhari (akal intelegensi teoritis).
2. Tentang Pendidikan. Karyanya tentang pendidikan ditulis dalam kitab Risalah
as-Siyasah” di antara pembahasannya antara lain : memberi nama anak yang
baik, memilih pembantu yang menyusui yang baik. Anak dididik ketika proses menyusui telahusai, pendidikan yang pertama yakni mengenai pekertinya. Pendidikan untuk anak apabiola ia sudah bisa dengan benar mulai berpikir, bercakap, mulailah pelajaran al-qur’an, pelajaran menulis, pelajaran-pelajaran agama. Alat-alat pendidikan pekerti yakni dengan hadiah dan hukum, kasar dan lembut. Serta menjauhkan anak dari kebiasaan jelek.

4. Konsep Kependidikan Ikhwanus Shafa
Pemikirannya tentang pendidikan,
a. Tujuan Pendidikan, adalah haruslah dikaitkan dengan keagamaan.
b. Kurikulumnya harus mencakup logika, filsafat, ilmu jiwa, pengajian kitab agama samawi, kenabian, syariat, ilmu-ilmu pasti.
c. Metode pengajaran harus mencakup beberapa prinsip : “Mengajar Dari Hal Konkrit Kepada Abstrak” . mendominankan pada contoh contoh dari materi yang dipelajari.
d. Perbedaan bakat individual dan sebab-sebabnya. Kepandaian orang tua atau nenek moyangnya, lebh cocok kepada anaknya dari pada kepandaian orang asing.
e. Aspek-aspek yang menyebabkan perbedaan budi pekerti, antara lain : pertama, aspek campuran cair dalam tubuh (cairan darah=pengembara, cairan empedu kuning=berperangai hebat, lekas marah, cairan empedu hitam=tidak gembira, pesimistis.). kedua, lingkungan alam dan geografis. Ketiga, lingkungan sosial budaya. Keempat, kententuan hukum astrologi terhadap waktu kelahiran.

5. Konsep Kependidikan Al-Ghazali
Nama lengkapnya Abu Haid Muhammad Al-Ghazali dengan gelar dari kaum muslim “Hujjatul Islam” dilahirkan pada 450 H/ 1058 M di Thuus ( salah satu kota Khurasan wilayah Parsi).
Karyanya
1) Ihyaa Ulumuddin (ilmu kalam, tasawuf, ahklak)
2) Ayyuhal walad ( akhlak; disini diungkapkan pengaruhnya terhadap filsafat pada Zamannya).
3) Al-Munqizu min ad Dlalal (berisi tentang pengakuannya)
4) Muqasidul falasifah dan tahfutul falasifah (filsafat)
5) Mizanul ‘Amal (Ilmu dan Amal)
Pokok pemikiran dalam Pendidikan
1) Profesi mengajar, suatu kepandaian yang tinggi nilainya, dan lapangan kerja yang sangat terhormat.
2) Tujuan Pendidikan, Takarub kepada Allah adalah tujuan pendidikan yang terpenting.
3) Fitrah Manusia = Tabularasa ( jhon lock)
4) Pendidikan Anak-anak. Dimulai perhatiannya semenjak ia lahir, dan kemudian membiasakan pada hal-hal yang baik. Memberi pendidikan jasmani yang cukup, menanamkan akhlak yang mulia, memperhatikan pergaulan anak, memberi hadiah setiap berprestasi, jangan mencela anak-anak sewaktu ia membuat kesalahan, ketika remaja, ajarkan pkok-pokok agama, jangan biarkan meninggalkan sholat, bila anak sudah dewasa pelajari ia ilmu Syariat.
5) Tuntutan bagi murid, mengutamakan kebersihan jiwa, memperkecil kesibukkan-kesibukkan duniawi, jauhkan dari halaman keluarga, jangan meremehkan ilmu, untuk pemula; hendaknya konsen pada satu mazhab, memperdalam ilmu, ilmu itu sistematis maka hendaknya berangkat dari yang diketahui, janganlah bercita-cita mencari kedudukkan, jabatan dan kemegahan semata.
6) Tuntutan Guru, cinta kasih dan memperlakukan peserta didik seperti anaknya, Ikhlas, jangan pernah bosan menasehati murid, mengkritik pelajar yang budi pekertinya buruk dengan sindiran / tidak terang-terangan jangan menjelekkan pelajaran lain, mengajar menyesuaikan dengan kadar pemahaman pelajar, perkataannya sesuai dengan perbuatannya.

6. Konsep Kependidikan Al-Zarnuzi
Hidup pada masa kemerosotan Daulah Abbasiyah (292-658 H).
Pemikiran tentang pendidikan
Dalam kitabnya Ta’lim Muta’alim (analisis dari kesamaan dan perbedaanya dengan Ilmu pendidikan modern) dapat dilihat dari lima aspek, antara lain ;
a. Tujuan Pendidikan. Mencapai ridho Illahi, kebahagia akhirat, melenyapkan kebodohan dari dalam dirinya dan dari orang lain.
b. Pendidik , kepribadian yang baik, profesional.
c. Terdidik (Tabularasa)
d. Alat Pendidikan (bahan ajar yang mencakup potensi manusia, metode : proses anak belajar dan proses guru mengajar.))
e. Lingkungan. Lingkungan alam, sosial & kebudayaan
7. Konsep Kependidikan Ibnu Khaldun
Ibnu Khuldun, seorang ahli filsafat sejarah dilahirkan di tunisia pada tahun 732 H (1332 M) dan wafat di Mesir pada tahun 808 H (1406 M). Nama lengkapnya Abu Zaid Abdurrahman Ibnu Muhammad Ibnu Khuldun Waliyuddin al-tunisi a- Hadlamy al-Asybili al-maliki. Dia berasal dari keluarga andalusia yang berdomisilidi Silivia.
Karya
Tarikh Ibnu Khuldun yang terdiri dari 3 juz/Kitab, yang pertama tentang ekonomi/ pemerintahan yang terkenal dengan nama Muqodimah Ibnu Khuldun yang membahas secara filosofis tentang kehidupan Manusia dengan dikemas dalam bahasa yang indah, kedua, Tentang sejarah bangsa Arab. ketiga, tentang kerajaan bangsa ar-bar di afrika Utara.
Pemikiran
Dalam kitab muqodimahnya menyampaikan satu fase panjang tentang pengajaran dan metodenya, : Mustafa Amin dalam bukunya Tarikh at-Tarbiyah membuat rangkuman sebagai berikut ;
1. pengajaran dari global ke terperinci, dengan menyampaikan pokok-pokok bahasan kemudian mereview,
2. pemakaian alat peraga dalam pengajaran pada masa permulaan.
3. jangan memberi Ilmu setengah-setengah kepada anak didik, memberi waktu jeda pada setiap pergantian penyampain ilmu baru.
4. memberi contoh baru definisi
5. memberi pelajaran Al-qur’an sejak masa permulaan.
6. memberi pelajaran dan pemahaman sesuai dengan kemampuan siswa
7. mencari ilmu kemana pun
8. mendidik anak dengan penuh kasih dan keakraban
9. dan pemberian contoh suri tauladan yang baik.

8. Pandangan Islam Terhadap Faktor Herediteit

0 komentar:

Posting Komentar